Program Belajar Kaidah Bahasa Arab 1 Bulan
Bismillah, Alhamdulillah pada kesempatan ini kita bisa bertemu kembali untuk melanjutkan pelajaran jarak jauh dengan materi ilmu kaidah bahasa arab. Pada beberapa pertemuan sebelumnya sudah kita bahas tentang kelompok isim yang harus dibaca marfu’. Kita juga sudah mulai masuk pembahasan kelompok isim yang manshub, diantaranya adalah maf’ul bih/objek.
Sebagaimana sudah dibahas bahwa suatu kata/isim yang menempati kedudukan sebagai objek/maf’ul bih dalam bahasa arab harus dibaca manshub. Contohnya dalam kalimat كتب زيد رسالة ‘kataba zaidun risalatan’ artinya ‘Zaid menulis surat’. Di dalam kalimat ini kata risalah dibaca manshub, dengan akhiran fat-hah. Karena ia berkedudukan sebagai objek/maf’ul bih. Adapun kata zaid dibaca marfu’ –dengan akhiran dhommah- karena ia sebagai fa’il/pelaku. Ingat kalau fa’il harus dibaca marfu’.
Suatu kalimat yang terdiri dari fi’il dan fa’il disebut sebagai jumlah fi’liyah. Adapun kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan khobar disebut sebagai jumlah ismiyah; kalimat yang diawali dengan isim. Misalnya kalimat زيد كريم ‘zaidun kariimun’ artinya ‘zaid adalah orang yang mulia’. Kata zaid sebagai mubtada’/yang diterangkan sedangkan kata kariim sebagai khobar. Mubtada’ harus marfu’ demikian pula khobar.
Nah, pada kesempatan ini akat kita lanjutkan pembahasan isim manshub berikutnya yaitu isim inna dan khoba kaana. Isim inna pada asalnya adalah mubtada’ yang dimasuki oleh inna atau saudaranya sehingga menyebabkan mubtada’ berubah menjadi manshub dan disebut isim inna. Misalnya kta katakan إن زيداً كريم ‘inna zaidan kariimun’ artinya ‘sesungguhnya zaid itu mulia’. Di sini kata zaid dibaca manshub sebagai isim inna sedangkan kariim dibaca marfu’ sebagai khobar inna; khobar inna tetap dibaca mafu’.
Berbeda jika dimasuki kata kaana, maka kalimatnya akan berubah menjadi كان زيد كريماً ‘kaana zaidun kariiman’ artinya ‘adalah zaid itu mulia’. Di sini kata zaid berfungsi sebagai isim kaana sedangkan kariiman dibaca manshub sebagai khobar kaana. Adapun isim kaana tetap marfu’.
Dari sini kita bisa mengetahui perbedaan antara kata kaana dengan inna. Kalau kaana menyebabkan mubtada’ marfu’ dan khobar manshub sedangkan inna sebaliknya. Inna menyebabkan mubtada’ menjadi manshub dan khobarnya tetap marfu’. Oleh sebab itu perlu kita ingat bahwa isim inna harus dibaca manshub dan khobar kaana juga harus dibaca manshub. Adapun isim kaana dan khobar inna maka ia tetap dibaca marfu’.
Kaana dan inna memiliki saudara-saudara; yaitu kata-kata lain yang memiliki fungsi yang sama. Misalnya saudara kaana itu adalah kata ليس ‘laisa’ artinya ‘bukan’. Adapun saudara inna misalnya ليت ‘laita’ artinya ‘andaikata’ demikian pula لعل ‘la’alla’ artinya ‘barangkali atau mudah-mudahan’. Apabila ia disebut saudara inna maka fungsinya sama semperti fungsi inna, demikian pula saudara kaana.
Demikian pembahasan singkat yang dapat kami sajikan pada kesempatan ini. Semoga Allah berikan taufik kepada kita untuk meraih ilmu yang bermanfaat dan amal salih.